Langkah kaki ini kian berat menapaki tiap takdir di setiap hari yang ku jumpai
Tak kunjung berujung pada terwujudnya impian
Terus berharap penuh harap tanpa henti, entah sampai kapan berharap-harap
Aku menunggu janji Tuhan yang akan mengabulkan, hingga kun fayakun itu yang terdengar
mewujudkan dari setiap doa yang ku kirim selalu
Keyakinan yang ku pegang, tertanam penuh tiada keraguan
Hanya saja tak pernah ku tahu wujud dari semua pesona mimpi
yang bersemayam dalam tidur atau bayang lamunan
Akan seperti apa?
Terlalu absurd untuk dilukiskan, apalagi jika hanya sekedar kata
Mungkin campur tangan Tuhan agar membuatnya tampak jelas nanti
Hingga tak perlu meraba-raba karena akan nyata pada saatnya
Seperti mentari yang tiada pernah bosan membagi kehangatan
Seperti pelangi yang mempesona dengan keindahan warna yang dimilikinya
Seperti bintang-bintang yang slalu setia menemani sang rembulan
Seperti juga rembulan yang senantiasa bersinar dalam pekat malam
Seperti deru ombak yang menghantam karang-karang keras di lautan
Seperti suara gelombang di pantai yang mengesankan kemisteriusan
Seperti gunung yang menjulang tinggi menentang cakrawala
Seperti hutan rimba yang menyimpan berjuta rahasia
Seperti semilir angin yang berhembus menyejukkan diri
Seperti halnya riak air yang tenang mengalir mengikuti arus
Seperti itulah aku ingin hidup…
Bersama kedamaian dalam hati
Bersama jiwa yang tak akan pernah mati
Telat, tapi menemukannya di saat yg tepat! (nah loh?! Bingung kan?).
Saya menyesal terlambat membaca buku ini. Setelah sekian lama diterbitkan dan diperbincangkan oleh banyak orang, baru seminggu yang lalu saya membacanya. Setelah sehari sebelumnya ‘menjarah’ buku ini di rumah seorang teman lama.
Saya berhasil melahap isi buku ini dalam waktu yang singkat. Selepas magrib saya mulai menekuni tiap huruf, kata, kalimat, paragraf, halaman, hingga berlembar-lembar. Hanya menyelinginya dengan sholat isya. Saya tutup sesaat buku ini mendekati tengah malam untuk beristirahat sejenak. Ba’da qiyamul lail, saya kembali meneruskan lembar-lemar selanjutnya dan berhenti ketika subuh tiba. Bahkan saya bela-belain membacanya saat berada di kantor, mengeyampingkan pekerjaan saya dan menyelesaikannya tepat sesaat sebelum jam makan siang hahaha :D
Perahu kertas, sebuah karya yang luar biasa. Tidak salah bila buku ini langsung masuk daftar buku favorit saya. Buku yang sangat bagus dan menginspirasi. Saya suka sekali dengan segala sesuatu yg ada di dalamnya. Perahu Kertas membuat saya tersenyum, tertawa, terharu, bahkan menitikkan airmata. Benar-benar mengaduk emosi! Buku ini bukan sekedar novel tentang cinta, lebih dari itu buku ini adalah sebuah terapi motivasi bagi ‘para pemimpi’.
Saya mungkin adalah salah seorang dari berjuta ‘para pemimpi’ yang ada di dunia ini. Buku ini hadir tepat ketika saya mengalami perenungan singkat tentang mimpi-mimpi (baca: impian) saya, yang sampai detik ini belum bisa saya wujudkan. Menemukan buku ini seperti menemukan kekuatan bagi jiwa saya yang mulai lelah dan menyerah. Percaya atau tidak, tapi buku ini mampu menghipnotis diri saya untuk tidak melepaskan mimpi-mimpi saya begitu saja.
Satu hal yang akan mulai saya kerjakan, saya akan membuat perahu kertas. Oh bukan... bukan untuk mengirim surat dan bercerita pada Neptunus, tetapi saya akan berlayar dan menjemput impian saya :
1. Jeans Zara ukuran 34 (setara size 6 atau xs) 2. Jeans abu-abu ga tau
merk apa, ukuran 30 (2xs) 3. Jeans Zara ukuran 34 (setara size 6 atau xs)
4. Jeans ...
NAMA KOTA dan TAQWA @salimafillah Zürich atau Zurich (/ˈzjʊərɪk/, Bahasa
Jerman Standar Swiss: Zürich [ˈtsʏrɪç], Bahasa Jerman Standar Jerman:
Zürich [ˈtsy...