"Pada lembar malam diberanda mu, sering kali ku baca sajak kerinduan. Kenapa?" tanya mu saat perbincangan kita yang singkat sore itu.
Aku tersenyum. Hanya itu, tanpa sepatah.
"Sebab rinduku tak pernah terlelap, terjaga sepanjang malam, sibuk mengais bayang nya dalam gelap," bisik ku dalam hati.
"Sebab rinduku tak pernah terlelap, terjaga sepanjang malam, sibuk mengais bayang nya dalam gelap," bisik ku dalam hati.
Pada secarik mimpi yg
menghiasi lelapku, ingin ku hadirkan bayangmu. Agar tak terlalu jauh kau
berkelana menembus ruang waktu, untuk sekedar membahasakan rindu.
Kalau begitu tinggallah sejenak,
temani rindu yang sedang bermain-main dengan waktu.
Jangankan sejenak, selamanya pun
aku mau asal rindu pergi menjauh.
Telah berulang kali ku coba
menepikan rindu ini teman, selalu saja ia kembali menjerit di tengah-tengah ingatan,
meminta untuk disajakkan.
Mungkin seharusnya jarak tak
berteman dengan waktu, agar ia tak mengundang rindu datang bertamu...
tak
meninggalkan jejak dalam ingatan.
Rindu ini bukan rindu yg
terhalang jarak dan waktu,
Rindu ini adalah rindu yg tak tersentuh,
Rindu ini adalah rindu yg tak tersentuh,
Pada sosok yangg hilang, yang jejaknya sulit tuk
ditemukan.
Begitu istimewahkah dirinya?
Tak hanya istimewa. Indahnya
sempurna, yang menyempurnakanku.
25 Mei 2012