Kotak biru itu tergeletak di sudut kamarku sejak setahun yang lalu. Sejak kamu pergi meninggalkan aku tanpa alasan, mengembalikan semua benda biru itu (yang katamu adalah milikku), menghilang dan hanya menyisakan kenangan. Aku melirik malas pada kotak biru itu, tapi tak mengurungkan niatku untuk mendekatinya. Sedikit berdebu, mungkin karena hampir tak pernah tersentuh sama sekali. Tanganku mengusap pinggir kotak itu lalu meniup sisi atasnya pelan. Berusaha menyingkirkan debu-debu yang menempel di sana, membuat aku sedikit terbatuk-batuk.
BIRU, itu namaku. Tertulis jelas di sana. Aku ingat kamu yang mengukirnya waktu itu. Saat itu kamu bilang, “Biru itu adalah namamu, biru itu adalah rindu.” Dan sungguh aku masih mengingatnya hingga detik ini. Karena di dalam kotak itu sekarang aku menyimpan sejuta rinduku, kenangan tentang kamu.
Sesaat aku menghela nafas dalam-dalam, terasa sesak. Rasanya tak sanggup aku membuka kembali kotak ini dan melihat isinya: ada gelang bertuliskan namaku “BIRU”, boneka doraemon kesayanganmu, diary biru tempat curhatmu padaku, mug biru bergambar karikatur kita berdua, topi, syal, dompet dan kartu-kartu ucapan yang semuanya berwarna biru. Semuanya, rindu. Semua hal tentang kamu, semua yang membuat aku rindu padamu.
Aku memandang benda itu satu per satu, berusaha mengingat birunya memori yang tertinggal dalam setiap wujud benda itu. Aku bahkan tak bisa mengukir seulas senyum pun, karena ada bayang rindu terpaut di sana. Mataku terpejam membayangkan wajahmu, nelangsa jiwaku mengurai luka yang kamu tinggalkan tapi tetap berusaha menyimpulnya kembali dengan keikhlasan. Lupakan, aku lebih memilih belajar memaafkan semua yang terjadi jika itu bisa menghadirkanmu kembali di sampingku. Mengobati kerinduanku padamu, rindu.
Sepersekian detik kemudian aku telah merapikan kembali benda-benda biru itu ke dalam kotaknya, menyusunnya serapi mungkin seperti sedia kala. Lalu membungkusnya dengan kertas kado dan menyelipkan pita di atasnya, tentu saja semuanya berwarna biru. Karena biru adalah namaku, biru itu adalah rindu (seperti namamu), seperti katamu waktu itu. Aku tidak akan meletakan kotak biru itu di sudut kamarku lagi, tapi menaruhnya di atas meja kecil di sisi tempat tidurku tepat di sebelah figura biru tempat fotomu bertengger memamerkan senyum dan kerlingan manjamu.
Suatu hari ketika kerinduanku telah mencapai klimaks, aku yakin aku pasti akan menemukanmu rindu. Dan kotak biru itu akan ku kembalikan padamu, agar kamu mengerti bahwa aku tak pernah melupakanmu, bahwa biru ini tetaplah milik rindu.*
Bengkulu, 18 Maret 2011
*Note ini adalah flash fiction tentang 'rindu dan kehilangan' yang saya tulis untuk diikutsertakan dalam lomba. Sengaja baru saya posting di blog ini, karena seperti yang sudah saya duga sebelumnya nama saya tidak ada di antara para pemenang hehehe...
well, walau saya tidak terlalu mengerti tentang flash fiction tapi saya suka. Ini adalah flash fiction ke 2 yg saya tulis, akan ada lagi yg akan saya tulis. Semoga...
0 komentar:
Posting Komentar