Ku akui mengenalmu membuat aku kebingungan mengendalikan emosiku, naik turun tak beraturan bahkan selalu bingung mempertanyakan apa yang ku rasakan.
Ku akui mengenalmu membuat aku sering tersenyum, termenung, tertawa bahkan pernah terisak tanpa suara.
Ku akui mengenalmu membuat aku jatuh bangun menata perasaanku: bahagia, berbunga-bunga, kecewa, terluka, kadang pasrah dan mengalah.
Ku akui mengenalmu membuat aku tak jarang menunggu SMS darimu atau berharap nama mu muncul di layar ponselku dan terkaget-kaget luar biasa saat kamu benar-benar menelponku.
Ku akui mengenalmu membuat aku tanpa sadar memiliki kebiasaan baru, duduk manis di depan laptop tanpa melakukan apa pun. menanti lampu kecil berwarna hijau itu berkedip dan kamu menyapaku di chattroom. Walau aku tau itu sangat jarang terjadi.
Ku akui mengenalmu membuatku benar-benar merasa tak mengenal diriku; entah bagaimana mungkin itu terjadi tapi begitulah yang terjadi.
Ah.. ntahlah aku bingung. Kamu harus tau, mengakui semua itu tidaklah mudah bagiku. Butuh waktu berhari-hari memikirkannya, membuat dadaku sesak dan sulit untuk bernafas. Dan setelah pengakuan di atas, aku sadar sebenarnya aku hanya ‘mengenalmu’ tapi tidak ‘benar-benar mengenalimu’. Tau apa aku tentang dirimu? Aku tak yakin bisa menyebutkan apa yang ku ketahui tentang dirimu sebanyak yang kamu ketahui tentang diriku. Sayangnya, aku merasa kamu memang tak pernah memberi aku kesempatan untuk mengenalimu lebih jauh.
Ku akui mengenalmu membuat aku sering tersenyum, termenung, tertawa bahkan pernah terisak tanpa suara.
Ku akui mengenalmu membuat aku jatuh bangun menata perasaanku: bahagia, berbunga-bunga, kecewa, terluka, kadang pasrah dan mengalah.
Ku akui mengenalmu membuat aku tak jarang menunggu SMS darimu atau berharap nama mu muncul di layar ponselku dan terkaget-kaget luar biasa saat kamu benar-benar menelponku.
Ku akui mengenalmu membuat aku tanpa sadar memiliki kebiasaan baru, duduk manis di depan laptop tanpa melakukan apa pun. menanti lampu kecil berwarna hijau itu berkedip dan kamu menyapaku di chattroom. Walau aku tau itu sangat jarang terjadi.
Ku akui mengenalmu membuatku benar-benar merasa tak mengenal diriku; entah bagaimana mungkin itu terjadi tapi begitulah yang terjadi.
Ah.. ntahlah aku bingung. Kamu harus tau, mengakui semua itu tidaklah mudah bagiku. Butuh waktu berhari-hari memikirkannya, membuat dadaku sesak dan sulit untuk bernafas. Dan setelah pengakuan di atas, aku sadar sebenarnya aku hanya ‘mengenalmu’ tapi tidak ‘benar-benar mengenalimu’. Tau apa aku tentang dirimu? Aku tak yakin bisa menyebutkan apa yang ku ketahui tentang dirimu sebanyak yang kamu ketahui tentang diriku. Sayangnya, aku merasa kamu memang tak pernah memberi aku kesempatan untuk mengenalimu lebih jauh.
0 komentar:
Posting Komentar