Sungguh aku ingin menuliskan berlembar-lembar halaman diaryku dengan segala hal yang ku temui sepanjang tahun-tahun yang kulalui tanpamu, tanpa kehadiranmu, tanpa kamu di sisiku. Tapi tidak, tidak dengan hati yang selalu ku penuhi dengan rindu dan tangisan pilu yang ku sembunyikan darimu, tidak dengan asa yang terus memenuhi pikiranku tentang dirimu dan hasrat untuk (setidaknya) sekali saja bisa bertemu denganmu; melihat senyummu, mendengar suaramu, menikmati gelak tawamu dan mensejajari langkahmu. Tidak dengan segala bayang-bayang dan kenangan yang pernah ada.
Tolonglah, ku mohon izinkan aku menuntun langkah kaki ini dengan kamu sebagai tujuanku. Aku ingin berada di kota yang sama denganmu, tempat kita bertemu, bersama, lalu berpisah bertahun-tahun yang lalu. Sebelum akhirnya ku simpul benang-benang ingatan untuk mencoba merangkai kata, menyusun prosa lalu melupakannya begitu saja.
Ah... mungkin aku memang terlalu terbiasa, terbiasa dengan perhatian dan kasih sayangmu, terbiasa bermanja denganmu, terbiasa dengan keberadaanmu di sisiku, terlalu terbiasa untuk tidak bersikap dewasa. Aku memang selalu terbiasa dengan segala hal yang kau anggap biasa, walau menurut orang lain hal itu benar-benar tak seharusnya.
Kau tau apa yang kurasakan saat ini? kehilangan. Seperti ada yang hilang dari perasaanku, hilang dari hidupku. Perasaan kehilangan yang teramat sangat ketika ku sadari bahwa aku sendiri di sini, hanya berteman dengan sunyi dan pikiranku sendiri, dan merasa terbebani dengan janji-janji yang sama sekali tak ingin ku penuhi. Kehilangan yang membuatku hilang arah dan tak tahu tujuan hidupku. Ya, aku memang seperti seorang pesakitan. Sakit jiwa yang kronis karena terobsesi memilikimu dan menjadi milikmu. Terdengar mengerikan bukan? Tapi aku tak peduli, tak peduli untuk mengerti apa yang tidak kau mengerti.
Ada saat-saat dimana aku butuh teman bicara, seseorang yang bisa kujadikan tempat bertanya, seseorang yang bisa ku ajak berdiskusi tentang apa saja, seseorang yang selalu tak dapat ku kalahkan (bisa jadi kau tak ingin mengalah dan memang tak terkalahkan), seseorang yang bersedia mendengar aku bercerita dan berkeluh kesah, seseorang yang selalu mampu menghapus airmata dan mengukir senyum di wajahku, seseorang yang menjadi sandaranku dan senantiasa melindungiku, seseorang yang selalu ada di sampingku kapan pun aku butuh. Seseorang seperti dirimu. Tapi tidak ku temukan. Mungkin karena hati dan pikiranku hanya tertuju pada dirimu saja.
Tidakkah kau merindukanku? Atau pernahkah kau teringat padaku? Kenapa kau tak pernah menghubungiku untuk sekedar menanyakan kabarku. Sebegitu tak perdulikah kau padaku? Padahal hampir setiap detik aku memikirkanmu, selalu berharap bisa bertemu denganmu. Dan membahasakan lagi rindu yang tak lagi utuh.
0 komentar:
Posting Komentar