2 Jun 2011

Lomba Dunia Maya – Fat, Gadis Kecil Yang Memanggilku Tante

Diposting oleh Drina at 09.34 0 komentar


Selepas magrib aku menyalakan laptopku, lengkap dengan koneksi internet yang terhubung melalui benda kecil bernama modem. Lalu mengklik icon Mozilla Firefox dan beberapa website (yang memang sengaja tak pernah ku log out) lansung terbuka; Yahoo mail, facebook, blog milikku dan beberapa blog lain yang aku ikuti. Bengong! Tak seperti biasanya malam ini aku hanya menatap layar monitor tanpa melakukan apa-apa. Aku kehilangan selera untuk menjelajahi dunia mayaku, hal kedua yang selalu menyedot perhatianku setelah buku.
Aku membiarkan laptopku menyala, meninggalkannya dalam kamar kos yang tak terkunci. Aku keluar untuk makan, lapar!
Entah sudah berapa lama waktu berlalu, aku tak ingat. Aku sengaja tak menghitung  waktu, tak ingin merasakan lamanya waktu merambat dari detik ke menit menuju jam. Aku kembali ke kamarku ketika itu, hanya untuk mematikan laptopku. Ada obrolan dari seseorang tapi akunnya sudah offline, mungkin bosan karena terlalu lama menunggu balasan dariku.
>  assalamu'alaykum...
>  tante adrina apa kabar..

Aku mengklik tanda silang di bagian atas sebelah kanan browser Mozilla ku. Lalu menshutdown laptopku, membereskannya dan memasukannya ke dalam tas yang telah aku persiapkan. Dua orang teman telah menunggu di luar, kami akan ke kantor malam ini. Bukan, ini tak bisa disamakan dengan lembur, karena tak ada uang overtime-nya:P
Sesampai di kantor aku kembali menyalakan laptopku, menyambungkannya dengan koneksi internet, membuka Mozilla Firefox dan lagi-lagi membiarkannya begitu saja tanpa melakukan apa-apa. Bengong! Ah kenapa dengan diriku? Aku jadi melamun, entah apa yang aku pikirkan. Tiba-tiba aku seperti diingatkan pada sesuatu. Fatimah Al Qubro, siapa dia? Kenapa menyapaku dengan panggilan Tante Adrina? Aku tak merasa pernah mengenalnya, atau mungkin aku lupa. Ah sudahlah...
“Pinjem,” kata salah seorang dari temanku, mengambil alih laptopku.
Dia mengklik Opera tanpa berniat menggugat daerah private di Mozilla ku. Biarlah, toh aku sama sekali tak berniat mengotak-atik benda kesayanganku itu. #

Aku pulang satu setengah jam kemudian, menemui dinding kamar kos yang menyimpan kesunyian. Aku mencoba menikmati kesendirianku malam ini. Sayang malam ini langit tak berbintang, aku tak menemukan kerlipnya. Walau aku tau bintang-bintang itu tak pernah pergi meninggalkanku, ia hanya tersembunyi di balik awan pada pekat malam. Tetap saja aku kesepian.
Laptopku menyala, menampilkan halaman profil akun facebook miliku sendiri. Semenit...dua menit...tiga menit...sepuluh menit...lima belas menit... ya waktu terus bergulir. Aku menuliskan sesuatu di statusku, menunggu orang lain berkomentar. Hanya menunggu tanpa berniat melakukan aktivitas lainnya. Aku tak memperdulikan beberapa teman yang menyapa lewat chat, malas. Tapi seseorang kembali mengusikku, seseorang yang tadi memanggilku dengan sebutan Tante Adrina.

>    assalamu'alaykum...
>    tante adrina...
>    belum bobo...

>    wa'alaikumsalam
>    belum
>    hmmm... ini siapa ya?

>    ini fat tante...
>    inget nggak...

Aku mengernyitkan dahi, mencoba membuka memoriku tentang nama tersebut. Aku tetap tak dapat mengingatnya. Hanya ada seorang Fatimah yang ku kenal, adik tingkatku semasa sekolah dulu. Aku rasa bukan dia, mengingat pemilik akun ini memanggilku dengan sebutan tante.
>    fat?
>    maaf gak inget hehe..

Tak ada jawaban. Aku mulai penasaran. Siapakah gerangan sosok bernama fatimah ini. foto profilnya menampilkan gambar seorang gadis kecil yang menggemaskan, tanpa senyum.
>    fat...

>    iyah tante...

>    fat anak siapa?

>    anak nya abi sama umi...

>    hahaha...

Tawaku meledak seketika saat mengetahui jawabannya. Polos! Ciri khas anak kecil. aku jadi merasa tolol menanyakan hal tersebut.
>    iya, nama abi sm umi nya siapa?

>    lho...
>    abi fat kan sepupunya tante...
>    kok nggak tahu namanya sih tante...

Penasaran, kali ini aku benar-benar penasaran. Seingatku tak seorang pun keponakan dari Sepupuku yang memanggilku tante, semua memanggil ‘bunga’, sebutan bibi untuk anak tengah seperti diriku.
>    sepupu?
>    hayo gak boleh bo'ong loh, ntar hidungnya panjang kaya' pinokio

Aku tersenyum sendiri melihat pilihan kataku, ingat cerita Pinokio yang sering diceritakan ibu sewaktu aku masih kecil. Pinokio, si boneka kayu yang berubah jadi anak kecil dan hidungnya selalu bertambah panjang ketika berbohong.
Tapi ruupanya gadis kecil ini lebih tertarik membahas tentang diriku daripada pinokio. Aku merasa sedikit kecewa. Hanya sedikit.
>    abi bilang...
>    fat ini tante adrina...
>    sepupunya abi...

Adrina? Hanya ada seorang yang suka memanggilku dengan nama Adrina. Tapi orang itu bukan sepupuku dan sama sekali belum menikah.
>    berarti abi fat yg bo'ong...
>    ntar kalo ketemu biar tante jewer kupingnya

Aku merasakan ada kebohongan di sini. Ya diantara mereka pasti ada yang berbohong, Fat atau ayahnya.
>    abi nggak pernah boong...
>    fat benci tante bilang abi boong...
>    tante jahat...
>    jahat...

Reaksi Fat di luar dugaanku, aku terkaget-kaget dibuatnya. Aku pikir dia akan tertawa karena sebelumnya aku bilang akan menjewer telinga ayahnya.
>    ya, maaf...
>    udah, fat tidur aja. udah malam.
>    anak kecil gak boleh tidur terlalu malam

Tiba-tiba aku kehilangan mood lagi, padahal aku mulai menikmati obrolan kami. Aku menyerah, segera ingin mengakhiri pembicaraan kami. Aku sedang malas berdebat apalagi dengan seorang anak kecil. Hmmm.. ya anak kecil, setidaknya itulah kesimpulanku setelah melihat profilnya.
Wait! Aku melirik sekilas jam di sudut pinggir bawah monitorku, sudah lewat jam sepuluh malam. Mana ada orang tua yang membiarkan anak sekecil Fat bermain-main di dunia maya hingga selarut ini. Anak kecil??? Sepertinya aku yang terlalu bodoh, mau saja percaya kalau dia seorang anak kecil.
>    tante jahat

>   maaf fat, tante salah
>   tante pamit ya
>   wassalam...

Biarlah aku simpan rasa penasaranku. Suasana hatiku semakin memburuk ketika Fat menyebut diriku jahat. Lebih tak bisa menerima karena aku dibenci oleh orang yang sama sekali tak ku kenal.
>    tante...
>    temenin fat donk...
>    umi bilang tante jago cerita...
>    ceritain fat sesuatu donk..
>    fat belum bisa bobo..

Aku belum sempat offline ketika ku lihat Fat kembali menulis sesuatu. Siapakah sebenarnya dia? Ah... sepertinya dia telah mencuri hatiku. Aku tidak suka anak kecil dan tak pernah mau terlalu lama meladeni celoteh mereka yang menyebalkan. Tapi Fat tidak sama seperti anak kecil lainnya, dia berbeda. Mungkin karena sebenarnya Fat bukanlah anak kecil. Entahlah, aku sedikit tak yakin dengan analisaku sendiri.
Ada sesuatu yang mendorongku untuk membalas obrolannya lagi...
>    tante gak bisa
>    umi fat pasti lebih jago cerita

>    umi bilang...
>    tante jago nulis...
>    tante itu fiksi imajiner...

Sok tau sekali anak ini, tau apa dia tentang fiksi imajiner. Kalau pun benar ibunya pernah mengatakan hal itu, aku tak yakin Fat bisa mengingat dan menyebutkannya lagi dengan ejaan yang benar seperti kali ini
Kesimpulanku: Fat bukan anak kecil!
>    gak kok
>    eh umi sm abi fat mana?

>    abi udah bobo tante...
>    umi masih ngerjain sesuatu di laptop nya...

Orang tua seperti apa mereka, yang satu tidur dan yang satunya lagi sibuk sendiri. Sementara anaknya dibiarkan asyik berinternet ria sampai selarut ini. Kasihan Fat... Aku tak akan membiarkan hal tersebut terjadi bila aku nanti telah berkeluarga dan punya anak.
>    fat bobo sm abi ya...
>    besok dilanjutin lagi
>    udah malam sayang, ntar kesiangan loh.

>    nggak kok tante...
>    kalo subuh...
>    umi suka bangunin fat...

>    tapi ntar fat ngantuk loh, jd malez bangun...
>    kalo kurang tidur ntar fat bisa sakit
>    kasihan donk umi sm abi
>    tidur ya...

Aku berusaha membujuknya untuk tidur, bukan karena aku sudah mengantuk tapi lebih karena rasa kasihanku. Kalau boleh memilih aku malah ingin mengobrol dengannya lebih lama lagi, biar aku ada teman dan tak merasa kesepian.
>    belum bisa bobo...
>    habis umi juga belum bobo...
>    nanti nungguin umi...

>    pasti umi lebih senang fat bobo drpd nungguin umi.
>    kalo fat gak bisa bobo, lampu kamarnya dimatiin deh. truz baca doa dan pejemin mata. pasti ntar fat bisa bobo

>    ini udah tiap malam tante...
>    fat susah bobo...
>    bobo nya kalo dipeluk umi...

>    hmmm... kalo gitu fat bilang sama umi buat peluk fat dulu sebentar

Aku masih membujuknya.

>    tadi sih udah...
>    fat masih mau main...

>    kok gitu?

>    kayak nya fat ini anak umi banget...
>    susah bobo...

>    bilangin sm umi, kerjaannya lanjutin besok aja. jadi fat sm umi bisa bobo sama2...
>    udah malam, tidur y fat...

>    ini umi yang udah ngatuk nungguin fat...
>    itu udah bobo di permadani...

Aku bingung! Sebenarnya ibu atau anaknya yang gak bisa (atau belum mau) tidur. Siapa yang menunggu siapa?
>    truz kenapa fat blm mo bobo?

>    fat masih menyelsaikan tulisan fat...

Hebat, gadis kecil ini sudah bisa membuat tulisan. Bukan meremehkan Fat, tapi kali ini aku merasa benar-benar dibodohi, dikerjain habis-habisan sama orang yang memanggilku Tante Adrina itu. Terlanjur, baiklah aku ikutin saja permainan ini.
>    wuah fat suka nulis?
>    nulis apa?

>    nulis yang fat liat waktu jalan sama umi...
>    tema nya tentang apa aja yang fat liat...

>    asyik dunk sering jalan2...
>    fat mau gak kapan2 jalan sm tante?

>    iya donk...
>    mau...
>    umi bilang kita bakal ke bengkulu...

Oke, orang ini mengenalku. Aku yakin seratus persen. Keki. Hikz... T_T
>    nah kalo fat mau jalan2 sm tante, sekarang fat bobo dulu ya :-):)

>    eh tante...
>    kemaren ditanyain sama makcik...
>    pacar tante sekarang siapa...
Fat mengalihkan pembicaraan, anak kecil ini belum mau tidur rupanya.
Pacar??? Aku tersenyum getir mengeja kata itu.
>    ih masih kecil kok udah ngomongin pacar2an...

>    ye... tante...
>    itu juga makcik yang nanya...
>    jadi mau dijawab apa sama makcik besok...

Makcik? Aku jadi ingat seseorang, dia mendapat panggilan pakcik dari keponakannya. Tapi bukankah ada banyak orang yang mendapat panggilan begitu?
>    makcik fat yg mana sih? tante jd bingung
>    kalo dia nanya bilang aja gak tau, suruh tanya sendiri sm tante

>    itu lho...
>    makcik aisy...
>    iya deh kalo gitu...

>    kayaknya tante gak kenal sm makcik aisy...
>    tapi tante titip salam deh

>    lho bukan nya umi sama makcik temennya tante yah...

>    hmmm.. tante lupa,
>    maaf y fat...
>    skrg fat bobo ya...

Aku mulai capek mengikuti obrolan ini, tapi tetap tak bisa mengakhirinya.
>    tante...
>    ada om yang mau kenal tuh...
>    mau nggak dikenalin...
>    biar jadi temen nya tante...

>    :-):)

Aku hanya mengirimkan smiley. Dasar anak kecil sok tau. Ah.. aku seperti lupa pada kebenaran yang aku simpulkan sebelumnya: Fat bukan anak kecil.
>    om nya baik tante...
>    suka beliin fat es krim...
>    dingin...
>    manis...

>    alhamdulillah dunk kalo punya om baik
>    fat jg harus baik sm om nya ya

>    ini fat mau bantuin om dapet temen...
>    dia suka jalan sendirian...
>    kasihan...

>    kalo gitu fat temenin om nya donk biar gak jalan sendirian

>    tante mau kenalan nggak...???
>    ayo...

o    nanti om nya gak mau kenalan sm tante hehehe...
o    nah skrg fat bobo aj dulu y
o    udah tengah malam loh.

Aku mencoba mencari celah untuk mengakhiri pembicaraan.
o    dia mau kok...
o    kenal sama om haryanto nggak tante...

Keukeuh!
>    fat bobo dulu y sayang...
Aku lelah...
>    om haryanto titip salam tuh tante...

>    iya, walaikumsalam
>    nah skrg fat bobo ya...

>    hhhuuuuaaa....
>    ngantuk...
>    fat bobo ya tante...

Akhirnya... aku menarik nafas lega.
>    nah gitu donk
>    jangan lupa baca doa

>    bismika allahuma amut wa ahya...
>    assalamu'alaykum...

>    met bobo fat, smg mimpi indah
>    walaikumsalam

Offline! Rasa penasaranku tak terjawab. Sudahlah...
Aku baca sekali lagi riwayat obrolanku bersama Fat. Lalu tersenyum kecil ketika menyadari bacaan doanya yang terbalik. Bisa saja itu disengaja untuk meninggalkan kesan bahwa Fat memang anak kecil, atau mungkin juga memang sosok dibalik Fat itu tak menyadari kalo bacaannya salah.
Aku berbaik hati mengoreksinya,
>    bismika allahumma ahya wa amut
>    semoga besok2 fat gak terbalik lagi baca doanya :-):)

Aku masih terduduk di depan laptopku setelah pembicaraan kami berakhir. Aku tak perduli malam telah begitu larut, mataku belum mengantuk. Aku tak tau harus melakukan apa selain menatap layar monitor. #

Sejak malam itu aku selalu rutin membuka akun facebook milik Fat, menanti lampu kecil berwarna hijau itu berkedip, berharap dia muncul dan menyapaku dengan panggilan Tante Adrina lagi seperti sebelumnya. Aku tak tau kenapa, tapi aku merindukan gadis kecil itu.
Fat, mungkin tak ada yang istimewah dari obrolan kami sebelumnya. Hanya saja aku seperti menemukan ‘sesuatu’ dari dirinya. Aku telah membuang jauh rasa penasaranku, aku lebih memilih untuk tidak mengetahui sosok Fat yang sebenarnya asal aku tetap bisa menikmati kebersamaan kami. Tak perduli mungkin sosok yang bersemunyi dibaliknya mungkin menertawakanku. Yah.. aku akan tetap  menanti Fat  menyapaku lagi. Mungkin tidak kali ini tapi pasti suatu hari nanti.
 

Peoplecuek's Blog Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | Best Kindle Device