6 Jan 2013

Pertemuan Yang Tertunda

Diposting oleh Drina at 17.14

“Tebak, sekarang aku ada dimana?”
Begitu telpon aku angkat, seseorang di seberang sana langsung berteriak. Refleks aku menjauhkan gagang telpon dari telingaku, lalu berusaha mengingat dan mengenali suara itu. Tapi aku memang payah dalam hal yang satu ini.
“Yo?” Suara itu membuyarkan lamunanku.
“Adel?”
Hanya Adel satu-satunya orang yang memanggilku dengan sebutan Yo.
“Kamu pasti kaget kalo aku bilang sekarang aku ada di Manado!” lagi-lagi Ia berteriak. Dan kali ini benar-benar mengagetkanku.
“Apa?!”
“Hmm... jadi kapan kita bisa ketemu?”
Seseorang diseberang sana yang ternyata memang Adel, tak begitu menghiraukan kekagetanku.
“Kamu serius?”
Of course!” katanya begitu yakin. “Aku bahkan sudah tak sabar pengen liat badut ancol yang pendiam dan memiliki codet di wajahnya. Haahaha...” Dia tergelak.
Aku ingat beberapa bulan yang lalu setelah sekian lama tak berhubungan, aku mendapat mention di twitter dari Adel, sahabat pena yang ku kenal sejak aku duduk di bangku SMA, sekitar 13 tahun yang lalu.
@yoza_ No hape mu masih yg lama kan?
@adL No As masih yang lama kok.
@yoza_ Aku mau ke manado. Kita bisa ketemu donk.
Begitu tulisnya. Dan itu membuatku berpikir lama. Antara percaya dan tidak. Tapi dalam kamus seorang Adel tak ada di dunia ini yang tak mungkin.
@adL Tergantung...
@yoza_ Tergantung apa?
Tuh kan, kayaknya Adel nggak main-main dengan perkataannya.
@adL Tergantung kamu mau liat cowok item chubby pemalu yang ada codetnya ngnggak?
@yoza_ Apa pun. Pokoknya aku pengen ketemu sama sapenku yang aku kenal sejak kelas 3 SMP.
Nekat! Masih belum berubah.
Aku tak lagi membalas mention dari Adel dan kemudian melupakan semua itu seperti tak pernah terjadi apa-apa.
Lalu sebulan kemudian aku kembali mendapat mention sewaktu dia tau aku berencana ngambil cuti dan pulang kampung, melihat ibuku yang sedang sakit. Dia bilang semoga aku cutinya bukan pas dia ke Manado, karena itu berarti kami nggak akan ketemu. Ketika aku tanya kapan dia mau ke Manado, dia tetap aja nggak bilang. Cuma mengatakan, semoga ibuku lekas sembuh. Melihat gelagatnya sepertinya dia sebenarnya nggak mau kasih tau kapan dia bakal ke Manado, mungkin mau ngasih surprise. Dan walau aku udah tau kalo dia mau ke Manado, nyatanya barusan aku tetap kaget waktu tau dia saat ini sudah berada di kota yang sama denganku. Ahhh... seharusnya aku sudah mempersiapkan diri, tapi kondisi kesehatan ibuku dan juga kesibukan di kantor telah menyita terlalu banyak pikiranku sehingga aku melupakan fakta bahwa dalam waktu dekat dia akan datang dan 'mungkin' kami akan bertemu.
Aku perlu menggaris bawahi kata mungkin, karena aku tak benar-benar yakin kami akan bertemu. Atau lebih tepatnya, aku tak yakin akan menemuinya. Kenapa? Ntahlah... tapi aku memang tak terbiasa bertemu dan menghadapi orang baru apalagi seorang cewek, walau pun dalam kasus ini Adel adalah sahabat penaku yang telah bertahun-tahun aku kenal. Aku tak bisa membayangkan jika sampai pertemuan kami diwarnai dengan kekikukan atau aku yang tiba-tiba jadi salting dan membatu tak tau harus berkata atau berbuat apa.
Ah... aku jadi melamun.
Aku lihat layar ponselku tak lagi menyala, sepertinya sambungan sudah lama terputus ketika aku melamun tadi. Aku bahkan tak menyadari kalau bukan hanya sambungan telpon yang terputus tapi juga ponselku yang mati karena lowbatt.

 @yoza_ Aku sekarang di Manado. Tadi sore nyampe. Bisa kita ketemu?
Aku membaca mention dari Adel. Menarik nafas perlahan dan tak tau harus menjawab apa. Haruskah kami bertemu sekarang? Jujur, aku belum siap. Dan aku tak punya alasan apa pun yang aku anggap masuk akal agar aku tak menemuinya.
Hei, ada apa denganku? Kenapa rasanya seperti putus cinta akibat dikhianati seseorang dan belum siap untuk kembali bertemu dengan (mantan) kekasih yang telah melukai hatinya. Padahal yang akan aku temui kan cuma seorang Adel, sahabat penaku yang periang dan bawelnya minta ampun, terlihat dari cerita-ceritanya di surat. Dan lagi sampai terakhir berhubungan kami tetap tak pernah punya masalah apa pun, hanya memang kami sudah sangat jarang berkomunikasi. Itu saja.  

Dua hari telah berlalu sejak telpon yang begitu tiba-tiba, sejak mention terakhir Adel di twitter yang bahkan tidak aku balas, sejak dia mengabarkan kalo dia ada di Manado, di kota yang sama denganku. Aku nggak tau dia ke sini dengan siapa dan nginap dimana. Bahkan aku nggak tau ada keperluan apa dia datang jauh-jauh, sampai harus menyebrang melampaui dua pulau. Nggak mungkin kan hanya untuk menemuiku?
Aku pamit. Malam ini aku pulang, meninggalkan Manado tanpa sempat bertemu denganmu. Semoga suatu hari nanti aku bisa kembali ke sini dan kita bisa bertemu. Walau aku nggak tau ntah kapan.
Aku membaca SMS dari Adel dengan perasaan yang aku tak tau seperti apa. Lega? atau mungkin merasa bersalah? Tapi yang aku tau pasti, Adel kecewa. 

@yoza_ Jauh-jauh aku ke kotamu kenapa kita tak bertemu...???
Baiklah, kali ini aku merasa bersalah. Setelah seminggu berlalu, ternyata dia masih memikirkan hal yang sama. Sementara aku? Ntahlah...aku tak tau harus berkata apa dan bersikap bagaimana. Jangan tanya, aku juga tak tau kenapa aku tak menemuinya. 

“Mas, ada paket nih.”
Aku mengernyitkan dahi, lalu serta merta menerima paket yang disodorkan oleh Risky, seorang siswa SMK yang lagi magang di kantorku.
“Makasih ya.”
Risky mengangguk lalu pamit meninggalkan kubikel ku.
Aku membolak-balik paket di tanganku, tapi tak ku temukan nama pengirimnya. Akhirnya aku putuskan untuk langsung membuka paket itu. Sebuah buku.
Iya, paket itu berisi sebuah buku, buku kecil dengan judul DUNIA KATA karya M. Fauzil Adhim. Buku yang dulu pernah aku kirimkan kepada Adel. Buku yang hanya aku pinjamkan bukan aku berikan.
Adel...  

Hai kamu, apa kabarmu hari ini?
Lama tak berjumpa sepertinya membuat kita saling melupa?
Masih ingat buku ini? kau pernah mengirimkannya padaku beberapa tahun yang lalu. Dulu kau bilang, kau meminjamkan buku ini untukku agar aku lebih bersemangat menulis dan bisa segera menerbitkan sebuah buku. Kau juga bilang, aku harus menyimpan dan menjaga buku ini dengan baik. Someday, bila kita bertemu nanti aku bisa mengembalikannya padamu. Dan, kau tau? Kalimat itu menumbuhkan harapan bagiku, menambah keyakinan kalau kita akan bertemu suatu hari nanti. Walau tak ada yang tau kapan itu akan terjadi.
Sekarang buku ini aku kembalikan, walau kita belum dipertemukan oleh Tuhan. Aku hanya merasa tak berhak lagi menyimpannya. Apalagi saat ini aku sudah sangat jarang menulis. Sepertinya aku memang tak berbakat menjadi penulis ya?
Well, seperti yang pernah aku bilang. Segala sesuatu bisa terjadi dengan izin Tuhan, di dunia ini tak ada yang tak mungkin. Jadi bila kali ini kita belum dipertemukan, mungkin lain kali. Iya kan? Ini hanya soal waktu. Dan aku masih akan terus menunggu hingga waktu itu tiba. Semoga... 

Sahabatmu,

Adelia

Dan aku, masih tak mampu berkata-kata.

 

0 komentar:

Posting Komentar

 

Peoplecuek's Blog Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | Best Kindle Device